Ceritra
Ceritra Kota

Inovasi Surabaya: Akhiri Mimpi Buruk Banjir Tahunan

Nuryadi - Monday, 17 November 2025 | 01:55 PM

Background
Inovasi Surabaya: Akhiri Mimpi Buruk Banjir Tahunan

Surabaya dan Genangan: Dari Langganan Banjir Sampai Jadi Percontohan, Tapi PR-nya Masih Banyak!

Siapa sih yang gak kenal Surabaya? Kota Pahlawan ini selalu punya cerita, dari hiruk pikuk perdagangan, inovasi di berbagai sektor, sampai perkembangan infrastruktur yang bikin kita berdecak kagum. Tapi, di balik gemerlapnya, ada satu isu klasik yang dulunya sering bikin senyum kecut, bahkan sampai pusing tujuh keliling: banjir. Ya, genangan air yang muncul setelah hujan deras mengguyur, seolah jadi ritual tahunan yang tak terpisahkan dari kota ini.

Dulu, kata 'banjir' dan 'Surabaya' itu rasanya akrab banget di telinga. Begitu mendung pekat dan hujan mulai turun, warga Surabaya, terutama yang tinggal di daerah rawan, sudah deg-degan. Jangan-jangan sebentar lagi air naik, kendaraan mogok di jalan, atau bahkan masuk rumah. Repotnya minta ampun, belum lagi kerugian material dan mental yang harus ditanggung. Tapi, kalau kita lihat Surabaya sekarang, ceritanya sudah beda jauh. Kota ini berhasil 'naik kelas' dalam urusan pengelolaan banjir, bahkan jadi percontohan bagi banyak daerah lain. Kok bisa?

Dari "Langganan" Menjadi Percontohan: Berkat Tangan Dingin dan Kerja Keras

Surabaya itu secara geografis memang punya tantangan tersendiri. Sebagai kota dataran rendah yang dilewati banyak sungai dan anak sungai, potensi genangan airnya cukup besar. Apalagi ditambah dengan pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang masif. Dulu, setiap hujan lebat datang, beberapa titik di Surabaya langsung terendam. Apalagi kalau pas air laut pasang, itu combo maut yang bikin banjir susah surut.

Titik baliknya bisa dibilang dimulai di era kepemimpinan Ibu Tri Rismaharini. Rasanya, semua warga Surabaya paham betul bagaimana beliau 'bertarung' melawan banjir. Bukan sekadar wacana atau janji kampanye, tapi langsung eksekusi di lapangan. Gerakannya konkret dan terstruktur, bikin Surabaya yang tadinya sering kena banjir parah, perlahan tapi pasti, bisa bernapas lega.

Beberapa jurus andalan yang diterapkan Risma waktu itu memang bukan kaleng-kaleng. Pertama, normalisasi dan pengerukan sungai jadi prioritas utama. Kali Jagir, Kali Lamong, dan puluhan anak sungai lainnya dikeruk habis-habisan, dilebarkan, dan dibuatkan tanggul agar daya tampungnya maksimal. Kalau kamu sering lihat alat berat mondar-mandir di pinggir sungai Surabaya beberapa tahun lalu, nah itu salah satu buktinya. Proses ini memang memakan waktu dan biaya, tapi hasilnya sangat terasa.

Kedua, pembangunan dan revitalisasi boezem atau waduk penampung air. Boezem-boezem ini berfungsi layaknya 'kantong ajaib' yang menampung kelebihan air hujan sebelum dialirkan ke laut. Contohnya Boezem Morokrembangan, Boezem Kenjeran, dan masih banyak lagi yang dibangun atau diperbesar kapasitasnya. Konsepnya sederhana, tapi efektif banget untuk mengurangi genangan di kawasan padat penduduk.

Ketiga, pengadaan pompa air berkapasitas besar. Ini juga penting banget, terutama untuk daerah-daerah yang konturnya lebih rendah. Pompa-pompa ini siap siaga menyedot air genangan dan membuangnya ke saluran utama atau boezem terdekat. Sistemnya bahkan sudah terintegrasi, jadi operator bisa memantau kondisi ketinggian air dan mengoperasikan pompa dari jarak jauh. Modern abis!

Selain itu, jangan lupakan peran penghijauan dan pembangunan taman kota. Surabaya dikenal punya banyak taman yang cantik dan fungsional. Ternyata, taman-taman ini bukan cuma untuk mempercantik kota atau tempat rekreasi, tapi juga berfungsi sebagai area resapan air alami. Genius, kan? Ditambah lagi dengan gerakan bersih-bersih yang melibatkan seluruh elemen masyarakat, dari aparatur pemerintah sampai warga biasa. Semangat gotong royong inilah yang bikin pengelolaan banjir di Surabaya jadi makin solid.

Estafet Perjuangan dan Tantangan Baru di Era Modern

Kini, estafet kepemimpinan di Surabaya sudah berpindah ke tangan Wali Kota Eri Cahyadi. Pertanyaan besarnya, apakah 'warisan' Risma dalam penanganan banjir ini bisa terus dipertahankan, bahkan ditingkatkan? Jawabannya, sejauh ini, tampaknya iya. Pemkot Surabaya di bawah kepemimpinan Eri Cahyadi terus melanjutkan program-program yang sudah berjalan baik, bahkan dengan sentuhan inovasi.

Pengerukan sungai dan saluran air tetap jadi agenda rutin yang tak bisa ditawar lagi. Pembangunan boezem baru dan perluasan boezem lama juga terus digarap. Teknologi pemantauan ketinggian air secara real-time semakin canggih, memungkinkan respons yang lebih cepat saat terjadi potensi genangan. Ini adalah langkah maju yang patut diacungi jempol.

Namun, perjuangan melawan banjir ini tak akan pernah berhenti. Surabaya, seperti kota-kota besar lainnya, terus dihadapkan pada tantangan baru. Perubahan iklim, misalnya. Curah hujan yang ekstrem dan tidak menentu seringkali melampaui kapasitas infrastruktur yang sudah ada. Hujan lebat hanya dalam hitungan jam bisa menyebabkan genangan di beberapa titik, meskipun durasinya tidak lama.

Kemudian, urbanisasi dan pembangunan masif juga jadi PR besar. Semakin banyak lahan yang diubah menjadi bangunan beton, area resapan air alami semakin berkurang. Ini mau tidak mau menuntut Pemkot untuk terus berinovasi mencari solusi drainase yang lebih efektif dan memperbanyak area hijau di tengah kota.

Satu lagi tantangan yang tak kalah penting, dan ini seringkali menjadi masalah klasik di mana-mana: sampah. Saluran air yang mampet karena tumpukan sampah rumah tangga masih sering ditemukan. Padahal, sekecil apa pun sampah yang dibuang sembarangan bisa jadi biang kerok genangan. Ini bukan cuma tanggung jawab pemerintah, tapi juga pekerjaan rumah bersama seluruh warga Surabaya.

Partisipasi Warga: Kunci Sukses yang Tak Boleh Dilupakan

Pengelolaan banjir yang efektif tidak akan pernah berhasil jika hanya mengandalkan pemerintah. Partisipasi aktif dari masyarakat adalah kunci utamanya. Kita semua punya peran, sekecil apa pun itu. Yang paling fundamental, tentu saja, tidak membuang sampah sembarangan. Sungai dan saluran air bukanlah tempat sampah raksasa.

Selain itu, warga juga bisa berperan aktif dalam melaporkan jika ada saluran air yang mampet atau potensi genangan yang belum tertangani. Pemkot Surabaya sudah menyediakan berbagai kanal aduan yang mudah diakses. Bahkan, ikut serta dalam kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan sekitar juga sangat membantu. Kalau cuma pemerintah yang gerak, rasanya kayak tepuk sebelah tangan. Kolaborasi apik antara pemerintah dan warganya akan menghasilkan kota yang lebih tangguh dan nyaman.

Surabaya Tangguh, Bebas Banjir: Bukan Sekadar Mimpi

Melihat perjalanan Surabaya dalam mengelola banjir, dari kota yang dulunya 'langganan' sampai menjadi percontohan, memang bikin kita optimis. Usaha keras pemerintah dan partisipasi warga sudah membuahkan hasil yang nyata. Durasi genangan yang jauh lebih pendek, area yang terendam semakin sedikit, itu bukti bahwa Surabaya terus berbenah.

Meskipun tantangan akan selalu ada, terutama dengan perubahan iklim dan dinamika kota yang terus berkembang, semangat untuk terus berinovasi dan berkolaborasi harus terus menyala. Surabaya yang tangguh, bebas banjir, nyaman untuk ditinggali, bukanlah sekadar mimpi. Dengan kerja keras, komitmen, dan gotong royong dari semua pihak, Kota Pahlawan ini pasti bisa mewujudkannya. Semoga!

Logo Radio
🔴 Radio Live