Virall Transpuan Curhat Tidak Ada Lapangan Pekerjaan di Bogor, Begini Tanggapan Dedi Mulyadi.
Nia - Thursday, 23 October 2025 | 03:00 PM


Bogor, sebuah kota yang dikenal dengan udaranya yang sejuk, belakangan sempat dihebohkan oleh sebuah kisah yang menyoroti isu sensitif: perjuangan kaum transpuan dalam mendapatkan pekerjaan yang layak. Meskipun detail mengenai sosok transpuan spesifik yang viral terkait isu pekerjaan tidak secara tunggal mendominasi pemberitaan, berbagai laporan dan riset menunjukkan bahwa tantangan sulitnya akses lapangan kerja adalah realitas pahit yang dialami oleh banyak transpuan di kota ini, bahkan hingga memicu munculnya perhatian publik.
Baru-baru ini, media sosial kembali dihebohkan oleh sebuah video yang menyoroti realitas pahit yang dihadapi oleh kelompok minoritas gender, khususnya transpuan, dalam upaya mereka mencari nafkah. Video yang diunggah oleh akun TikTok @AyoBandung dengan cepat menjadi viral, menampilkan kisah mengharukan seorang transpuan di Bogor yang berjuang mati-matian untuk mendapatkan pekerjaan formal dan layak.
Dalam rekaman tersebut, transpuan yang tidak disebutkan namanya ini disorot tengah menghadapi kesulitan emosional dan praktis akibat penolakan demi penolakan di dunia kerja. Kisah ini bukan hanya tentang satu individu, melainkan representasi dari tantangan struktural yang dihadapi oleh banyak transpuan di Indonesia, dimana stigma dan diskriminasi masih menjadi penghalang utama menuju kesetaraan ekonomi.
Reaksi publik terhadap video ini terbelah. Di satu sisi, banyak warganet yang memberikan dukungan moral dan simpatik, mengakui adanya ketidakadilan dalam proses rekrutmen. Beberapa bahkan mencoba membantu dengan menyebarkan informasi lowongan kerja yang mungkin lebih inklusif.
Namun, disisi lain, masih ada komentar-komentar negatif yang menunjukkan masih tingginya tingkat transfobia dan kurangnya pemahaman tentang hak asasi manusia dan kesetaraan di tempat kerja. Situasi ini menunjukkan bahwa viralitas sebuah kisah bisa menjadi pedang bermata dua: ia mengangkat isu ke permukaan, namun juga membuka ruang bagi diskriminasi daring.
Pemerintah daerah juga didorong untuk mengambil peran aktif, misalnya melalui sosialisasi dan penegakan peraturan anti-diskriminasi di sektor ketenagakerjaan, serta menyediakan program pelatihan dan job matching yang secara eksplisit dirancang untuk kelompok rentan, termasuk transpuan.
Kisah di Bogor ini adalah pengingat yang menyakitkan bahwa perjuangan untuk pekerjaan yang layak bagi transpuan masih jauh dari selesai. Air mata yang terekam dalam video viral itu adalah seruan untuk diakhirinya diskriminasi, demi terwujudnya ruang kerja di mana semua orang, tanpa terkecuali, dapat berkontribusi dan hidup bermartabat.
Next News

Panik Saat Internet Mati Global? Ini Penjelasannya!
in an hour

Indra Sjafri Kantongi 18 Pemain Timnas Indonesia U-22 untuk SEA Games 2025
in an hour

Mendiktisaintek Siapkan Lulusan Perguruan Tinggi Untuk Bersaing di Pasar Kerja Global
in 44 minutes

Tiga Pelaku Curanmor Ditangkap Polisi Usai Beraksi di 10 TKP Surabaya
in 14 minutes

World Angklung Day 2025 Gaungkan Diplomasi Budaya dari California hingga Chicago
3 hours ago

Cuaca Jawa Timur Hari Ini: Awan Tebal dan Potensi Hujan Petir
4 hours ago

Menkum Tegaskan: Polisi Aktif yang Sudah Duduki Jabatan Sipil Tak Perlu Mundur
a day ago

Turnamen Basket Hipmi Jaya: Pelantikan Pengurus & Silaturahmi!
a day ago

Pelantikan Klub Basket HIPMI Jaya: Gebrakan Baru!
a day ago

Puan Maharani Apresiasi Muhammadiyah di Usia 113 Tahun: Terus Berkhidmat untuk Umat
a day ago




