Bukan Proyek! Ini Geliat Kalsel dari Masyarakat
Chindy - Friday, 31 October 2025 | 03:00 PM


Bukan sekadar wacana, Kalimantan Selatan menutup hari dengan aksi nyata untuk kesehatan dan kemandirian warganya. Dari kampanye cegah stunting di pelosok hingga pelatihan usaha kecil, hari di Kalimantan Selatan kemarin diisi semangat yang sama: bangkit bersama lewat tindakan nyata. Kalsel bukan hanya sekadar mencatat kegiatan, tapi pergerakan, provinsi ini menunjukkan bahwa perubahan tak selalu datang dari pusat—kadang tumbuh dari desa-desa kecil yang tak mau menyerah.
Di Banjarbaru, upaya menekan angka stunting menjadi prioritas. Pemerintah daerah bersama tenaga kesehatan menggelar edukasi gizi di berbagai posyandu. Para ibu diajak mengenali pentingnya asupan makanan bergizi dan cara sederhana menjaga tumbuh kembang anak. “Kami ingin anak-anak Banjarbaru tumbuh kuat dan pintar. Kalau gizinya baik, masa depannya juga baik,” ujar seorang bidan sambil menuntun ibu muda menimbang bayinya.
Kampanye itu bukan hanya soal angka atau program, tapi tentang rasa peduli. Beberapa desa bahkan membuat kebun sayur mandiri untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Sayur dari halaman sendiri kini jadi simbol kemandirian kecil yang tumbuh di banyak rumah warga.
Di sisi lain, geliat ekonomi rakyat juga terdengar keras di Banjarmasin. Pemerintah kota bersama pelaku UMKM mengadakan pelatihan pengelolaan keuangan dan pemasaran digital. Banyak peserta yang sebelumnya tak paham cara menjual produk secara online kini mulai belajar membuat konten promosi sederhana. “Dulu jualan hanya di pasar, sekarang bisa kirim sampai luar kota,” kata seorang pengusaha kerajinan tangan dengan mata berbinar.
Tak berhenti di kota, semangat serupa juga mengalir ke Tapin. Di sana, program pertanian berkelanjutan terus digerakkan. Petani didorong menanam komoditas bernilai tinggi seperti cabai, tomat, dan sayuran organik yang bisa dijual langsung ke pasar lokal. Dukungan alat dan pupuk subsidi turut mempercepat proses menuju kemandirian pangan desa.
Gerak bersama ini seolah menjawab tantangan zaman. Di tengah naik-turunnya harga bahan pokok dan ketergantungan pada bantuan, masyarakat Kalsel memilih langkah lain: gotong royong untuk berdiri sendiri. Dari dapur ibu rumah tangga hingga ladang petani, perubahan itu kini mulai terasa nyata.
Langkah-langkah kecil ini mungkin tak langsung mengubah wajah Kalsel. Tapi setiap tindakan nyata adalah benih harapan. Karena daerah kuat bukan dibangun dari janji besar, melainkan dari kerja bersama yang terus hidup di tengah masyarakat.
Next News

Kecemasan Sosial di Era Komunikasi Virtual
7 days ago

Dampak Pendidikan Online pada Perkembangan Remaja: Antara Layar dan Realita yang Makin Jauh?
7 days ago

Pendidikan Seks di Indonesia: Antara Ada dan Tiada
7 days ago

Mental Health: Bukan Mitos, Bukan Kurang Iman!
7 days ago

Generasi Z: Penjaga Tradisi di Era Digital?
7 days ago

Deru Mesin, Derasnya Hujan: Kisah Pak Budi, Pejuang Ojol yang Tak Kenal Menyerah di Bawah Langit Surabaya
7 days ago

Lawan Short Attention Span! Jauhi Medsos?
7 days ago

Ketika Scroll Jadi Diagnosis: Fenomena Self-Diagnose dari Media Sosial yang Ngeri-Ngeri Sedap
7 days ago

Kota Meluas, Hijau Menciut: Realita Pahit Generasi Kini
7 days ago

Terjebak Paradoks Digital: Koneksi Semu, Hati Hampa
7 days ago






