Ceritra
Ceritra Update

Menjelang Pertemuan Rusia-AS. Negara Ini Berikan Sinyal Untuk Menangkap Putin

Nia - Wednesday, 22 October 2025 | 04:00 PM

Background
Menjelang Pertemuan Rusia-AS. Negara Ini Berikan Sinyal Untuk Menangkap Putin

Ditengah banyaknya pertemuan penting kini pemimpin Rusia dan Amerika Serikat, yang diharapkan dapat meredakan ketegangan global, sebuah sinyal mengejutkan datang dari salah satu negara anggota NATO. Negara ini, dengan secara terbuka mengemukakan kemungkinan penangkapan Presiden Rusia Vladimir Putin, telah menambah lapisan kerumitan baru pada dinamika hubungan internasional yang sudah tegang. Sinyal ini secara langsung merujuk pada surat perintah penangkapan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Pidana Internasional (ICC) di Den Haag.


Dalam situasi ini menurut seorang pejabatnya mengisyaratkan bahwa sistem peradilan independen keputusan ICC jika Putin berada di wilayah udara atau daratannya. Pernyataan tersebut muncul di tengah spekulasi tentang potensi pertemuan tingkat tinggi antara Rusia dan AS, yang salah satunya dikabarkan melibatkan Presiden AS Donald Trump (seperti disarankan oleh beberapa laporan di waktu yang berbeda). Negara yang disebut adalah Polandia, namun dari pemikiran strategi dan rincian waktu dalam pertemuan Rusia dan AS seharusnya masih belum ada sinyal dari Polandia ini yang telah menciptakan ketidakpastian yang signifikan.


Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh situasi ini adalah surat perintah penangkapan ICC yang menuduh Putin atas kejahatan perang terkait deportasi anak-anak Ukraina ke Rusia. Sebagai negara penandatangan Statuta Roma, yang mendirikan ICC, Polandia secara teoritis memiliki kewajiban untuk bekerja sama dalam penahanan tersebut jika Putin memasuki yurisdiksinya. Pernyataan dari Polandia ini menegaskan kembali komitmennya terhadap hukum internasional, meskipun Putin bukan warga negara dari negara anggota ICC.

Namun, mengimplementasikan perintah penangkapan ini bukanlah masalah sederhana. Mantan pemimpin Rusia, Dmitry Medvedev, telah memberikan tanggapan keras terhadap gagasan penangkapan Putin, bahkan menyebutnya sebagai "deklarasi perang" terhadap Federasi Rusia. Ancaman retribusi ini menciptakan risiko eskalasi yang serius, mengubah isu hukum menjadi potensi konflik militer. Sikap tegas dari Polandia, sebuah negara yang berbagi perbatasan dengan Ukraina dan memiliki sejarah hubungan yang sulit dengan Rusia, dapat dilihat sebagai penegasan prinsip kedaulatan hukum, sekaligus meningkatkan taruhan dalam konfrontasi geopolitik saat ini.

Di sisi lain, pertemuan yang diusulkan antara pemimpin Rusia dan AS dilihat oleh sebagian pihak sebagai jalur penting untuk mencari solusi diplomatik atas konflik di Ukraina. Sinyal penangkapan Putin ini berpotensi mengganggu upaya-upaya diplomasi tersebut. Hal ini memaksa setiap negara yang terlibat dalam pertemuan internasional untuk mempertimbangkan posisi hukum dan politik mereka sehubungan dengan ICC dan potensi risiko yang menyertai kerja sama internasional dengan Rusia.

Reaksi dunia internasional terhadap sinyal Polandia ini bervariasi. Beberapa negara anggota ICC memuji keberanian Polandia dalam menegakkan supremasi hukum, sementara yang lain mungkin khawatir tentang bagaimana tindakan tersebut dapat memperburuk ketegangan dan menghambat jalan menuju perdamaian. Contohnya, beberapa negara anggota ICC di masa lalu telah memilih untuk tidak menahan Putin ketika ia berkunjung, menunjukkan kompleksitas politik dalam menegakkan hukum internasional di tengah realitas geopolitik.

Pada akhirnya, sinyal dari Polandia ini menyoroti dilema mendasar dalam tata kelola global: bagaimana menyeimbangkan penegakan hukum internasional dan keadilan dengan kebutuhan akan stabilitas dan dialog diplomatik. Menjelang pertemuan Rusia-AS, sinyal ini menjadi pengingat tajam bahwa setiap upaya untuk meredakan krisis harus berhadapan dengan isu-isu kejahatan perang dan akuntabilitas kepemimpinan. Ini bukan hanya tentang negosiasi politik, tetapi juga tentang pengakuan terhad

Logo Radio
🔴 Radio Live