Ketika Semeru 'Batuk': Sabtu Sore yang Bikin Lumajang Deg-degan Karena Lahar DinginKetika Semeru 'Batuk': Sabtu Sore yang Bikin Lumajang Deg-degan Karena Lahar Dingin
Hilmy - Friday, 21 November 2025 | 04:30 PM


Ketika Semeru 'Batuk': Sabtu Sore yang Bikin Lumajang Deg-degan Karena Lahar DinginKetika Semeru 'Batuk': Sabtu Sore yang Bikin Lumajang Deg-degan Karena Lahar Dingin
Siapa sih yang nggak kenal Gunung Semeru? Mahameru, puncaknya para dewa, ikon kebanggaan Jawa Timur yang megah dan sering jadi incaran para pendaki. Pemandangannya aduhai, bikin mata betah berlama-lama memandang. Tapi, di balik keindahannya yang memesona, Semeru punya 'napas' yang kadang bisa bikin kita terhenyak. Dan napas itu, pada Sabtu sore, 18 Mei 2024 kemarin, sedikit bikin deg-degan warga Lumajang.
Bayangkan saja, sore yang harusnya syahdu, mungkin sebagian orang lagi asyik ngopi atau rebahan santai, tiba-tiba harus menghadapi kenyataan pahit. Hujan deras yang mengguyur puncak Semeru, seolah tak mau kompromi, memicu terjadinya banjir lahar dingin. Bukan main-main, ini bukan genangan biasa. Ini adalah kiriman material vulkanik yang terbawa air hujan, meluncur deras menerjang aliran sungai-sungai di kawasan Semeru, khususnya di Kabupaten Lumajang.
Lahar Dingin: Pengingat Keras dari Mahameru
Fenomena lahar dingin ini memang bukan hal baru bagi warga yang tinggal di kaki Semeru. Ini seperti siklus alam yang kadang datang tanpa permisi. Hujan dengan intensitas tinggi di puncak gunung berapi yang aktif, apalagi yang sering erupsi, akan melarutkan material vulkanik lepas seperti pasir, kerikil, dan bebatuan yang sudah ada di lereng. Campuran air dan material ini kemudian berubah menjadi bubur pekat yang mengalir deras, punya daya rusak yang luar biasa. Nah, Sabtu sore kemarin, skenario itulah yang terjadi. Sebuah pengingat keras dari alam, bahwa kita hanyalah setitik debu di hadapan kuasanya.
Aliran material lahar dingin ini terpantau jelas di beberapa 'besuk' atau sungai, sebut saja Besuk Kobokan, Besuk Sat, Besuk Bang, dan Besuk Kembar. Nama-nama ini mungkin sudah nggak asing lagi di telinga warga Lumajang, terutama bagi mereka yang sering melintasi area tersebut. Keempat besuk ini memang jadi jalur 'langganan' aliran lahar Semeru. Melihat material lahar dingin mengalir deras di sana, bikin siapa saja yang menyaksikannya jadi merinding dan waswas. Kecepatan dan volume alirannya itu lho, kadang bikin kita cuma bisa geleng-geleng kepala dan berdoa semoga nggak ada korban.
Jembatan Gladak Perak: Saksi Bisu dan Jalur Vital yang Ditutup Sementara
Dampak paling kentara dari kejadian ini adalah penutupan sementara Jembatan Besuk Kobokan, yang lebih akrab dikenal dengan nama Jembatan Gladak Perak. Jembatan ini, kita semua tahu, bukan sekadar infrastruktur biasa. Jembatan Gladak Perak adalah urat nadi penghubung yang vital bagi mobilitas warga Lumajang, terutama yang ingin menuju Malang atau sebaliknya. Ketika jembatan ini ditutup, meskipun hanya sementara, efek dominonya langsung terasa. Aktivitas warga jadi terhambat, bahkan terpaksa mencari jalur alternatif yang tentu saja lebih memakan waktu dan tenaga. Keputusan penutupan sementara ini diambil demi alasan keamanan, sebuah langkah bijak yang harus diapresiasi, meskipun konsekuensinya bikin sebagian orang sedikit pusing tujuh keliling.
Penutupan jembatan ini adalah cerminan betapa seriusnya ancaman lahar dingin ini. Petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang harus sigap di lapangan, memantau kondisi, dan memastikan tidak ada warga yang nekat melintas saat kondisi berbahaya. Momen seperti ini benar-benar menguji kesabaran dan kewaspadaan kita semua. Rasanya seperti ada alarm yang tiba-tiba bunyi, bikin seisi Lumajang sedikit merinding dan meningkatkan kepekaan terhadap kondisi lingkungan.
Waspada Itu Wajib, Mengingat Potensi Bisa Kembali Terjadi
Tidak butuh waktu lama, BPBD Lumajang langsung tancap gas mengeluarkan imbauan penting bagi warga. Intinya, satu pesan yang jelas: "Jangan beraktivitas di sekitar sungai dan tetap waspada!" Kenapa? Karena potensi banjir lahar dingin ini bisa kembali terjadi kapan saja, terutama jika hujan intensitas tinggi terus mengguyur wilayah tersebut. Ini bukan menakut-nakuti, tapi sebuah realita yang harus dihadapi. Alam itu memang kadang suka 'menguji' kita ya, jadi kita harus pintar-pintar membaca tanda-tandanya.
Bayangkan saja, setelah hujan deras di puncak, material vulkanik di lereng akan semakin banyak yang siap terbawa arus. Jadi, sekalipun hujan di wilayah perkampungan sudah reda, bukan berarti kita bisa langsung lengah. Aliran lahar dingin bisa saja baru tiba beberapa waktu kemudian. Makanya, kewaspadaan itu hukumnya wajib, bukan cuma untuk diri sendiri, tapi juga untuk keluarga dan orang-orang di sekitar kita. Penting untuk selalu mengikuti informasi dan arahan dari pihak berwenang, karena mereka punya data dan pemantauan yang lebih akurat.
Kisah hidup berdampingan dengan Semeru ini memang tak pernah usai. Di satu sisi, ia adalah sumber keindahan dan kesuburan tanah. Di sisi lain, ia juga adalah pengingat akan dahsyatnya kekuatan alam yang tak bisa kita lawan. Kejadian Sabtu sore ini adalah pelajaran berharga bahwa kita harus selalu menghormati dan bersahabat dengan alam. Mengambil langkah preventif, tidak nekat, dan selalu siaga adalah kunci utama agar kita bisa tetap aman di tengah potensi ancaman bencana.
Jadi, untuk teman-teman di Lumajang dan sekitarnya, mari kita jadikan kejadian ini sebagai pengingat untuk lebih peduli lingkungan, lebih peka terhadap tanda-tanda alam, dan yang paling penting, selalu menjaga keselamatan diri dan orang-orang terkasih. Karena di ujung hari, hidup ini terlalu berharga untuk dipertaruhkan dengan kelalaian. Tetap semangat, tetap waspada, dan semoga Semeru selalu bersahabat!
Sumber Gambar: Suara Surabaya.net
Next News

Avoidant: Si Pembuat Jarak yang Bikin Penasaran
a day ago

Ide Cemerlang, Jadi Kreator Konten Populer
8 days ago

Rahasia Sate Ayam Enak: Ternyata Bikinnya Gampang!
a day ago

LinkedIn: Senjata Wajib Profesional Masa Kini
20 days ago

Dari Perang ke Harapan: Seni dan Musik Berpadu
2 days ago

Susu Nabati & Kambing: Tren Minuman Kekinian
3 days ago

Tips Bugar di Tengah Gempuran Kesibukan Harian
3 days ago

Ariana Grande Pamitan dari Oz: Surat Penuh Emosi Usai Kesuksesan Wicked: For Good
3 days ago

Melliza Xaviera, Sang Bintang dari Nusantara: Mengukir Prestasi di Miss International 2025, Bikin Indonesia Merinding Disko!
3 days ago

Api dari Perancah Bambu Meluas, Kompleks Wang Fuk Court Hangus dan Ratusan Terjebak
3 days ago




